page

Senin, 05 Maret 2012

Hati-hati dengan Lisan


“Lidah lebih tajam daripada pedang”
Kita sering mendengar kata tersebut atau yang senada dengan itu. Kata-kata yang mengingatkan kita akan bahaya kata-kata dan himbauan untuk berhati-hati dalam berucap. Sakit yang dikarenakan kata-kata lebih menyakitkan daripada luka fisik. Luka fisik bisa diobati dan hilang tanpa bekas, namun sakit hati karena kata-kata membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh bahkan lebih parah lagi tidak termaafkan, masih menyisakan noda di hati.
Dengan berkembangnya teknologi, kata-kata tidak hanya berarti yang diucapkan lisan, bisa juga berupa sms, email, postingan blog atau website bahkan hanya sekedar statup update di akun facebook dan twitter.
Pernahkan terjadi salah paham dengan teman atau pasangan hanya karena SMS?
Atau merasa tersinggung dengan status seseorang? Padahal belum tentu pengirim atau pembuat status bermaksud menyinggung kita.
Beberapa hari yang lalu saya mengirim email ke salah satu manager yang isinya menanyakan form presentasi untuk suatu acara, email ini cc ke semua atasan mulai level Supervisor sampai Division Head. Isinya sih tidak lebih dari dua puluh kata yang saya sisipkan kata candaan diakhir kalimat. Keesokan harinya supervisor saya menegur kalau email tersebut tidak layak dikirim. Hmm.. maksud becanda malah mendapat teguran. Feedback is a gift. Saya menerima teguran tersebut dan memahami bahwa apa yang kita pikirkan tidak akan sama dengan yang orang lain pikirkan.
Rasulullah Shollallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda tentang pentingnya menjaga lisan dalam hadist ke-29 dari kumpulan hadits arbain.

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي عَنِ النَّارِ، قَالَ : لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْ   عَظِيْمٍ، وَإِنَّهُ لَيَسِيْرٌ عَلىَ مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ : تَعْبُدُ اللهَ لاَ تُشْرِكُ  بِهِ شَيْئاً، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ، وَتَحُجُّ  الْبَيْتَ، ثُمَّ قَالَ : أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ، وَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ   اللَّيْلِ، ثُمَّ قَالَ : } تَتَجَافَى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ.. –حَتَّى بَلَغَ-  يَعْمَلُوْنَ{ُ ثمَّ قَالَ : أَلاَ أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الأَمْرِ وُعَمُوْدِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ ؟ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : رَأْسُ اْلأَمْرِ اْلإِسْلاَمُ وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ. ثُمَّ قَالَ: أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ ؟ فَقُلْتُ : بَلىَ  يَا رَسُوْلَ اللهِ . فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ وَقَالِ : كُفَّ  عَلَيْكَ هَذَا. قُلْتُ : يَا نَبِيَّ اللهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلَّمَ بِهِ ؟ فَقَالَ : ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ، وَهَلْ   يَكُبَّ النَاسُ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ –أَوْ قَالَ : عَلىَ مَنَاخِرِهِمْ – إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ . [رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث  :
Dari Mu’az bin Jabal radhiallahuanhu dia berkata : Saya berkata : Ya Rasulullah, beritahukan saya tentang perbuatan yang dapat memasukkan saya ke dalam surga dan menjauhkan saya dari neraka, beliau bersabda: Engkau telah bertanya tentang sesuatu yang besar, dan perkara tersebut mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah ta’ala, : Beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya sedikitpun, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji. Kemudian beliau (Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam) bersabda: Maukah engkau aku beritahukan tentang pintu-pintu surga ?; Puasa adalah benteng, Sodaqoh akan mematikan (menghapus) kesalahan sebagaimana air mematikan api, dan shalatnya seseorang di tengah malam (qiyamullail), kemudian beliau membacakan ayat (yang artinya) : “ Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya….”. Kemudian beliau bersabda: Maukah kalian aku beritahukan pokok dari segala perkara, tiangnya dan puncaknya ?, aku menjawab : Mau ya Nabi Allah. Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah Jihad. Kemudian beliau bersabda : Maukah kalian aku beritahukan sesuatu (yang jika kalian laksanakan) kalian dapat memiliki semua itu ?, saya berkata : Mau ya Rasulullah. Maka Rasulullah memegang lisannya lalu bersabda: Jagalah ini (dari perkataan kotor/buruk). Saya berkata: Ya Nabi Allah, apakah kita akan dihukum juga atas apa yang kita bicarakan ?, beliau bersabda: Ah kamu ini, adakah yang menyebabkan seseorang terjungkel wajahnya di neraka –atau sabda beliau : diatas hidungnya- selain buah dari yang diucapkan oleh lisan-lisan mereka .
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata: Haditsnya hasan shahih)
Lisan bisa menentukan seseorang masuk surga atau neraka. Berikut dosa-dosa yang bisa dilakukan lisan:
1. Berbohong
Jika dibuat ranking, berbohong menempati urutan pertama dari dosa-dosa yang sering dilakukan lisan. Siapa diantara kita yang tidak pernah berbohong? Pasti pernah. Terutama ketika mencari alasan untuk membela diri. Dalam suatu hadist Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda : “Tanda orang munafik ada tiga: jika bicara dusta, jika berjanji tidak menepatinya dan jika diberi amanah berkhianat.”
Kebohongan akan mengantarkan pelakunya kepada kemaksiatan sebagaimana di dalam shahihain dari hadits Abdullah bin Mas’ud bahwasanya Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:“Sesungguhnya kejujuran itu akan mengantarkan kepada kebaikan dan kebaikan itu akan mengantarkan ke sorga, selanjutnya orang yang senantiasa berbuat jujur dan selalu menjaga kejujuran sehingga Allah kana mencatatnya di sisi-Nya sebagai shiddiq.Dan sesungguhnya kebohongan itu akan mengantarkan kepada kemaksiatan, dan sesungguhnya kemaksiatan itu akan mengantarkan kepada neraka. Seorang hamba senantiasa berdusta dan selalu berusaha berdusta hingga dicatat disisi Allah sebagai seorang pendusta.”Maka orang yang akhlaknya suka berbohong dan sengaja berbohong sampai bohong itu menjadi tabiatnya ditulislah oleh Allah sebagai pembohong dan dalam kumpulan para pembohong/pendusta. Dan sesungguhnya seseorang tidak akan rela jika dikatakan sebagai pembohong di tengah-tengah manusia. Apakah ia tidak selayaknya dia enggan untuk dicatat di sisi Allah sebagai pembohong sedang Rabbnya adalah Dzat yang telah menciptakannya dan memberi rezeki padanya, kita memohon keselamatan kepada Allah.
2. Ghibah
Ghibah atau membicarakan keburukan orang lain menempati posisi kedua. Ngomongin orang memang topik pembicaraan yang paling mengasikan terutama bagi para wanita. Al Qur'an mengibaratkan ghibah dengan memakan daging saudara sendiri. Iihhh ngeri kaya kanibal.
Allah berfirman di dalam Al Qur’an surat Al-Hujurat ayat 12

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar