page

Kamis, 08 Maret 2012

Apakah Kita Sudah Bahagia?

Bahagia. Satu kata namun memiliki arti yang cukup luas dan diidam-idamkan setiap orang. Bahagia, bukan hanya milik orang tua, tapi juga ABG yang masih mencari harga diri berhak mendapatkannya. Bahagia, bukan hanya milik pemerintah, namun rakyat jelata yang tidak pernah tahu politik pun menginginkannya. Bahagia, ibarat nafas yang harus ada pada setiap detak kehidupan. Bukan hanya orang miskin yang mendambakan kebahagian, orang yang sukses dan bergelimang harta juga mencarinya.
Dan hebatnya... kebahagiaan tidak hanya diperlukan oleh masyarakat yang hidup pas-pasan, tetapi juga oleh masyarakat yang bergelimang simbol-simbol kesuksesan dan kemakmuran. Sering ditemui justru simbol-simbol kesuksesan membuat mereka merasa sangat kehausan. Mereka membutuhkan sebuah jawaban mengapa semua yang mereka miliki saat ini tidak cukup menjawab dahaga mereka.

Betapa banyak orang yang mengaku sukses tapi tidak kunjung bisa merasakan kebahagiaan. Kebahagiaan menjadi barang langka yang sulit di zaman ini. Tengok sekitar kita, begitu banyak fakta dan data yang menunjukan bahwa harta, jabatan, ketampanan atau kecantikan saja telah gagal membuat manusia bahagia. Bahkan, tidak sedikit orang yang sengaja ingin mengakhiri hidupnya dengan cara yang tidak wajar. Bagi mereka, hidup adalah gali lobang tutup lobang, lari dari masalah yang satu ke masalah yang lain, serta menganggap hidupnya paling berat dibanding orang lain. Mereka melupakan janjia Allah "Sungguh setelah kesulitan (pasti) ada kemudahan." Mereka hanya memandang masalah itu besar dan melupakan Allah Yang Maha Besar.
Perasaan tidak bahagia akan memunculkan sederet reaksi yang membunuh manusia secara perlahan dan menyeret manusia pada suasana batin yang tersiksa di tengah gelimang kemewahan. Ada satu kata luar biasa yang mewakili hal ini, "Yang terpenting sesungguhnya bukanlah apa yang kamu miliki tetapi apa yang bisa kamu nikmati."
Kebahagiaan tidak ditentukan oleh kedudukan tetapi sikap terhadap kedudukan itu sendiri. Karena kedudukan akan berakhir. Dunia tidaklah kekal.
Maka tak heran jika ada ribuan buku resep atau kunci kebahagiaan.
Bagi saya, kunci utama bahagia ada dalam hati manusia. Ikhlas. Bagaimana kita berusaha dengan bijak menyikapi hidup ini dan menyerahkan segala hasilnya pada yang Maha Kuasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar